Kode masif konspirasi untuk menjatuhkan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong (STY), semakin ramai diperbincangkan setelah kegagalan tim dalam ajang AFF 2024. Sejak saat itu, serangan terhadap STY meningkat, baik dari buzzer bayaran maupun pengamat sepak bola. Berita-berita negatif yang muncul juga terindikasi sebagai hasil pesanan dari pihak tertentu, termasuk media Italia.
Koordinator Eksekutif PSSI, Koirul Anwar, baru-baru ini menuliskan ucapan terima kasih yang terkesan sebagai perpisahan kepada STY. Hal ini memicu spekulasi di kalangan penggemar mengenai masa depan pelatih asal Korea tersebut. Kegagalan Timnas di AFF tidak hanya menimbulkan kritik tajam, tetapi juga mengundang banyak opini di media sosial dengan tagar #stayout yang ramai digunakan.
STY, yang telah membawa banyak kemajuan bagi sepak bola Indonesia, memperlihatkan kinerja positif dengan membawa Timnas ke Piala Asia dan semifinal Piala Asia U-23. Namun, situasi saat ini menjadi rumit setelah hasil yang kurang memuaskan di AFF, di mana tim yang diturunkan sebagian besar terdiri dari pemain U-22.
Melihat situasi ini, beberapa pihak berpendapat bahwa desakan untuk memecat STY mungkin dipicu oleh mereka yang tidak senang dengan sikap tegasnya dalam memberantas praktik mafia sepak bola di Indonesia. Meskipun belum ada bukti konkret, pemecatan STY dinilai sebagai blunder terbesar dalam sejarah Timnas, terutama menjelang kualifikasi Piala Dunia 2026 yang sangat krusial.
Keputusan untuk mengganti pelatih di momen penting ini dapat mengganggu stabilitas tim, mengingat STY telah membangun fondasi strategi dan taktik yang stable. Adaptasi dengan pelatih baru akan memakan waktu, dan hubungan baik yang telah terjalin antara pemain dan STY berpotensi terganggu. Oleh karena itu, evaluasi terhadap keputusan mempertahankan atau memecat STY sebaiknya dilakukan setelah fase kualifikasi Piala Dunia selesai, agar peluang Timnas Indonesia dapat terjaga dengan baik.
